Pilih Laman
Informasi Daerah

Jelajah Batik di Jawa Tengah

 

Museum Danar Hadi Solo, Jawa Tengah (photo: Indonesia Kaya)

Seorang calon ibu mengenakan batik dalam upacara Mitoni, yang merupakan perayaan bulan ke-7 kehamilan.  Dalam perayaan ini, sang ibu diharuskan mengganti kain bawahnya 7 kali dengan kain batik yang berbeda-beda motifnya, yang telah didoakan demi keselamatan dirinya dan sang bayi. (foto: Ibu Gembala, Kumparan)

Burung Merak merupakan salah satu inspirasi  di Jawa Tengah. Burung Merak adalah simbol keanggunan dan kepribadian yang teguh (foto: Hendra Suroboyo, Wikipedia)

Akar Warisan Luhur  Kerajaan Mataram 

Batik di Jawa Tengah dibagi menjadi tiga jenis batik: batik daerah pesisir, batik kerajaan, dan batik pedesaan. Naskah Gulung-Gulung yang dibuat pada tahun 929 M mencatat bahwa industri batik di Jawa Tengah bahkan telah ada sejak masa itu. Motif batik di Jawa Tengah telah berkembang terus melampaui era yang berbeda, mulai masa kerajaan Hindu-Buddha Mataram, Kesultanan Islam Demak, hingga masa penjajahan Belanda. Motif-motif ini juga mengandung pengaruh lintas budaya dari India, Persia, Cina, dan negara-negara Barat sebagai akibat dari pertukaran dagang dan budaya selama berabad-abad.

Batik Keraton di Jawa Tengah

Kain batik yang dihasilkan oleh perajin di lingkungan istana menggambarkan ideologi kerajaan – pesan-pesan semangat ksatria, kebijaksanaan, dan nilai moral agung yang harus dijaga oleh Raja dan para bangsawan di Keraton Surakarta (Kota Solo). Penggunaan batik diatur dengan menggunakan system simbolisme, norma, dan peraturan rumit dengan kewenangan raja. Ketika membuat batik untuk dipergunakan dalam upacara sakral, pengrajin batik kerajaan seringkali melakukan ritual khusus agar mendapatkan ilham dari Ilahi dalam mengerjakan tugasnya. Masing-masing kota memiliki teknik pewarnaan batiknya sendiri. Misalnya, ada motif batik yang disebut Batik Tiga Negeri, karena pewarnaannya dilakukan di tiga kota (Solo untuk bagian yang berwarna cokelat, Pekalongan untuk bagian yang berwarna biru, dan Lasem untuk bagian yang berwarna merah marun).

Aspek Sosial Budaya Batik di Jawa Tengah

Setelah Perang Dunia I, jumlah pengrajin batik di Semarang melonjak karena menurunnya impor kain dari India, Belanda, dan Inggris.  Masyarakat di kota-kota pesisir seperti Pekalongan dan Semarang bekerja sangat keras memenuhi kebutuhan garmen di Indonesia dengan cara menghasilkan kain batik dengan motif yang diharapkan. 

Kain batik yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir dan pedesaan di Jawa Tengah lebih ekspresif dan berwarna-warni daripada batik kerajaan, dan didominasi warna jingga kemerahan, kuning, dan hijau.  Batik itu pada umumnya menggambarkan alam, baik hewan maupun tumbuhan, seperti misalnya burung merak, kupu-kupu, bunga-bunga, dan tanaman bambu.  Motif-motif ini distilisasi sesuai dengan imajinasi, perasaan, dan pengekspresian pengrajinnya.

Motif Batik di Jawa Tengah

Kampung Batik di Jawa Tengah

workshop batik

Desa Batik adalah daerah di mana para produsen batik sebagian besar tinggal, membuka lokakarya, serta memamerkan produk-produk batik mereka. Anda dapat membeli tekstil batik dari pengrajin langsung dan berpartisipasi dalam proses pembuatan batik di situs tersebut.

Jawa Tengah

VIDEO VISUALISASI

dalam 1 Minute

Proses Produksi Batik di Jawa Tengah

Peragaan Adibusana Batik di Jawa Tengah

Kemegahan Budaya Keraton

Jawa Tengah

Candi Borobudur  (foto: Borobudur Park)

Tentang Jawa Tengah 

Jawa Tengah paling terkenal karena memiliki kompleks candi Borobudur, yang terdaftar sebagai Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1991. Daerah ini juga terkenal sebagai tempat kelahiran wayang dan keris, yang juga telah dimasukkan dalam Daftar Warisan Budaya Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2008. Daerah ini juga merupakan pusat kekuasaan kerajaan-kerajaan maritim yang berkuasa di daerah Asia Tenggara, seperti Mataram dan Demak pada abad ke-9 hingga ke-16.

Sekilas Mengenai Jawa Tengah

Jawa Tengah terletak di pusat pulau Jawa.  Ibu kotanya adalah Semarang.  Provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jawa Barat di sebelah barat, dengan Samudra Hindia dan DI Yogyakarta di selatan, dengan Jawa Timur di timur, dan dengan Laut Jawa di utara.  Luas daerahnya adalah 32.548 km² dengan total penduduk 34,26 juta jiwa.  Mayoritas populasi beragama Islam (96,28%), sedangkan sisanya adalah penganut Kristen Protestan (1,91%), Katolik (1,42%), Hindu (0,20%), dan Buddha (0,18%).

Jawa Tengah dikenal karena pemandangan alamnya yang indah di Gunung Merapi, yang terletak di Kabupaten Magelang.  (foto: Crisco, Wikipedia).

Kilas Budaya

Terdapat beberapa kerajaan Hindu/Buddha di daerah ini secara berturut-turut dari abad ke-7 hingga masa penjajahan Belanda, misalnya kerajaan Buddha Kalingga di Jepara (didirikan pada tahun 674 M), Kerajaan Mataram yang diperintah oleh Dinasti Buddha Syailendra (760-856 M), penerus Dinasti Sanjaya.  Candi Boro­budur dibangun pada masa akhir pemerintahan Dinasti Syailendra pada abad ke-9.  Candi ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia, dan didaftarkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 1991.

Pada abad ke-10 hingga ke-16, Jawa Tengah menjadi bagian dari daerah yang diperintah oleh dua dinasti besar di Asia Tenggara, yakni Dinasti Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit.  Daerah ini juga menjadi pusat kekuasaan kerajaan maritim yang kuat, seperti misalnya Kerajaan Mataram dan Kesultanan Demak pada abad ke-13 hingga ke-18.  Salah satu tari tradisional terkemuka yang diwarisi dari Kerajaan Mataram adalah tari Gambyong, yang merupakan tari kerajaan yang ditampilkan dalam acara-acara kenegaraan sejak abad ke-18.  (Photo: Tulusnya Cahaya).

Peta Provinsi Jawa Tengah

Peta Jawa Tengah (photo: Big.go.id)

Peta Indonesia

Peta Indonesia (foto: Resourceful Indonesia)

Destinasi Pariwisata di Jawa Tengah